Neil Armstrong
adalah orang pertama yang mendarat di bulan. Neil pergi ke bulan menggunakan
pesawat ruang angkasa USA bernama Apollo, bersama rekannya Buzz Aldrin. Pergi
ke bulan merupakan hal yang amat menakjubkan bagi Neil. Saat-saat masa
keberhasilannya itu, tak pernah ia lupakan.
Saat itu neil memutuskan
untuk mengambil cuti kepada pihak NASA. Ia menghabiskan liburannya dengan
berwisata ke Mesir. Ini kali pertama ia mengunjungi Kairo,atau pertama kalinya
ia mengunjungi sebuah negeri Islam dalam rangka berwisata mencari hiburan dan
mengembalikankesegaran setelah penat menghadapi rutinitas pekerjaan.
Beralih ke Mesir, akhirnya
neil bersama wisatawan lain sampailah ke sebuah hotel yang terletak di tengah
kota Kairo. Setelah beres mengurus registrasi, dengan tertatih dia pergi menuju
kamarnya untuk beristirahat setelah letih menempuh perjalanan yang cukup jauh
dari Amerika menuju Kairo. Dan ketika dia berbaring di ranjang, tiba-tiba
terdengarlah kumandang adzan...
Allahuakbar…..
Allahuakbar…..
Ketika mendengar seruan itu,
ia berpikir bahwa ini bukan pertama kali ia mendengar seruan seperti ini. Neil
berpikir keras dimana dia pernah mendengarnya sebelumnya? Neil terus berusaha
mengingat, tetapi dia tetap tidakmampu menemukan jawabannya.
Kemudian ia duduk, berdiri
dan berjalan menuju kamar kecil, kemudian pergi mengambil makanan fast food
sebelum turun untuk makan malam di lantai dasar.
Di ruang makan ketika dia sedang
mengunyah sisa makanannya sambil ngobrol bersama dua orang temannya, kembali
terdengar kumandang adzan dari salah satu menara mesjid yang banyak tersebar di
Kairo, ia pun lantas terdiam, mencoba menyimak & menghayati lantunan
kalimat-kalimat adzan yang didengarnya.
Kemudian dia berseru
memanggil salah seorang pelayan yang ada disana & bertanya dengan bahasa
inggris, “apakah kamu bisa berbahasa inggris?”
Si pelayan menjawab, “bisa
sedikit tuan.”
Neil tersenyum &
berkata, “seruan apa yg barusan tadi terdengar?”
Pelayan tadi menjawab, “maaf
saya tidak mengerti maksud tuan.”
Neil berisyarat
mengumandangkan adzan dengan terbata terbata, “Allahu akbar… Allahu akbar.”
Pelayan kemudian berkata,
“itu panggilan untuk sholat, panggilan kepada seluruh kaum muslimin untuk pergi
ke masjid untuk melaksanakan sholat yg dilakukan lima kali sehari.”
Neil pun mengucapkan terima
kasih atas penjelasannya. Kemudian dia melanjutkan makan malamnya dengan duduk
diam tanpa berkata apapun. Tiba-tiba ia bangkit dan meninggalkan teman-temannya
lalu naik menuju kamarnya sambil berpikir, “pasti aku mendengarnya di salah
satu film yg pernah aku tonton”. Sejenak dia berhenti berpikir, “ataupun
mungkin di tempat lain?”.
“Ah tidak, bukan di film,
aku mendengarnya dgn telingaku sendiri menggema di udara, tetapi dimana?”
Sampai dia beranjak tidur pernyataan ini masih berputar di kepalanya. Ketika
fajar menyingsing, Neil terbangun oleh suara adzan yang kembali berkumandang
membelah angkasa :
Allahu
akbar………Allahu Akbar………
Dia pun segera bangkit,
duduk di tepi ranjang seraya mengerahkan segenap perhatiannya untuk
mendengarkan suara itu, bersamaan dengan berakhirnya kumandang adzan, Neil
teringat kembali bayangan tiga puluh tahun silam yang masa itu merupakan masa
gemilang dalam hidupnya. Ketika itu dia mengendarai pesawat luar angkasa milik
USA , Apollo, yg merupakan pesawat pertama dalam sejarah yg mampu mendarat di
bulan. Tiba-tiba ia sadar bahwa “Ya, disanalah aku mendengar seruan ini untuk
pertama kalinya dalam hidupku.” ungkapnya.
Kemudian dia berseru dalam
bahasa inggris tanpa sadar, “Wahai Tuhan yang Maha Suci, Ya Tuhan, benar aku
ingat bahwa disanalah, dipermukaan bulan itu aku dengar seruan itu untuk
pertama kalinya dalam hidupku, dan disini, di Kairo, aku mendengarnya di bumi.”
Kemudian dia membaca sesuatu
dan berusaha untuk kembali tidur, tetapi dia tidak bisa, diambilnya sebuah buku
dari dalam tasnya dan mulai membacanya untuk merintang waktu hingga pagi
menjelang, dia membaca tetapi pikirannya melayang entah kemana dan dia sama
sekali tidak mengerti isi buku yang dibacannya.
Dalam hati dia berharap
untuk mendengar lagi seruan itu. Hingga pagi dia membaca seperti itu dengan
harapan akan kembali mendengar suara adzan, tetapi seruan yang ditunggu tidak
kunjung terdengar.
Akirnya dia bangkit dan
pergi ke kamar kecil dan mencuci mukanya, dengan cepat ia turun ke ruang makan
untuk sarapan. Setelah itu dia pergi bersama sekelompok wisatawan untuk
berkeliling, sementara itu seluruh panca ineranya dia pasang untuk menantikan
saat dimana dia akan kembali mendengar lantunan seruan yang menggugahnya itu.
Dia ingin meyakinkan dirinya sebelum memberitahukan wisatawan yang lain akan
hal penting ini.
Kemudian rombongannya
memasuki sebuah Museum Fir’aun dan di saat itu ia kembali mendengar kumandang
adzan yang mengalun merdu dengan irama yang indah dari sebuah pengeras suara di
museum. Neil meninggalkan rombongannya dan berdiri disamping pengeras suara itu
sambil memperhatikan dengan seksama, di pertengahan adzan dia berseru memanggil
temannya, “ hei, kesini, dengarkan seruan ini”.
Teman-temannya datang
menghampiri dengan heran. Ketika salah seorang kelihatan akan berbicara, Neil
memberi isyarat kepadanya agar diam dan mendengarkan seruan itu. Barulah
setelah adzan selesai, Neil bertanya kepada mereka, “apakah kalian
mendengarnya?”
“ya”, jawab mereka.
“tahukah kalian dimana aku
pernah mendengarnya sebelum ini? Aku mendengarnya di permukaan bulan pada tahun
1969.”
Berserulah teman dekatnya,
“Mr. Armstrong, mari kita kesana untuk bicara sebentar.” Kemudian mereka berdua
pergi ke salah satu sudut & mulai bercakap-cakap tentang perasaannya yang
aneh.
Tak lama kemudian Neil
meninggalkan rombongannya dan mencegat taxi untuk pulang ke hotel, diwajahnya
terlihat kemarahan dan emosi yg berkecamuk. “Bagaimana mungkin dia berkata
bahwa aku mengada-ada dan aku telah gila?” pikirnya.
Neil berdiri di kamarnya
selama dua jam sambil berbaring di atas ranjang sambil menunggu-nunggu suara
adzan kembali, dan saat itu terdengarlah adzan Ashar.
Allahu Akbar… Allahu
Akbar…
Neil bangkit dari posisinya,
berdiri lalu membuka jendela dan untuk kesekian kalinya memperhatikan seruan
itu, kemudian dia berseru, “tidak,aku belum gila, aku tidak gila, aku bersumpah
demi Tuhan bahwa inilah yang aku dengar di permukaan bulan.”
Neil turun ke ruang makan
agak terlambat agar tidak bertemu dengan temannya.
Sampailah ketika hari
liburnya berakhir, Neil beserta wisatawan lain akan pulang ke Amerika….
Neil sengaja menghindari
semua teman-teman seperjalannya, hingga mereka kembali ke Amerika.
Di Amerika Neil berusaha
mendalami agama Islam, disaat itu ia mulai tertarik dengan Islam. Akhirnya,
beberapa bulan kemudian, ia mengumumkan keislamannya, dan mengungkapkannya
dalam suatu wawancara bahwa ia menyatakan masuk islam karena dia telah
mendengar kumandang adzan dengan telinganya sendiri di permukaan bulan.
Asyhadu an laa
ilaaha illallaah…
Wa asyhadu anna
Muhammadar Rasulullaah…
Tetapi tak lama kemudian
datanglah sepucuk surat dari NASA, berisi keputusan tentang pemecatannya dari
pekerjaannya. Pendeknya NASA berlepas diri dan tidak mau membantu astronot yang
pertama mendarat di bulan itu, karena dia menyatakan diri masuk Islam, dan
menyangkal tentang terdengarnya adzan di permukaan bulan.
Neil Armstrong berseru dalam
sebuah majalah mempertanyakan pertanggung jawaban mereka perihal keputusan
pemecatannya, “Memang aku kehilangan pekerjaanku, tetapi aku menemukan Allah”.
believe it or not.
subhanallah.
11 Maret 2013 pukul 01.45
subhanall0h..